Saturday, February 11, 2012

Kenangan atau Cinta Part 2 #Beneran Ketemu

There I was again tonight
Forcing laughter, faking smiles
Same old tired, lonely place
Walls of insincerity 
Shifting eyes and vacancy
Vanished when I saw your face
All I can say is it was enchanting to meet you 

This night is flawless
Don't you let it go 
I'm wonderstruck 
Dancing around all alone
I'll spend forever wondering if you knew
I was enchanted to meet you 

This is me praying that 
this was the very first page 
Not where the storyline ends 
My thoughts will echo your name 
Until I see you again 
These are the words I held back as I was leaving too soon
I was enchanted to meet you 
Please, don't be in love with someone else
Please, don't have somebody waiting on you 
Please, don't be in love with someone else
Please, don't have somebody waiting on you
(Enchanted - Taylor Swift)

Aduh Mak.. kenapa lagu ini yang selalu terngiang-ngiang di telingaku ? Aku bahkan menyanyikannya hampir setiap waktu. Aku mulai ga mengerti. Ada apa dengan Aria ? Walau suaraku ga beres, walau liriknya ngacoh atau ga lengkap-lengkap.. sebenarnya lagu inilah yang benar-benar mewakilkan perasaanku pada Mia. Huhu.. Mak.. Sumpah aku ngerasa malu banget. 5 tahun aku kehilangan kontak. 5 tahun aku cuma berdiam diri. Lalu tiba-tiba Mia sms besok akan pulang ? Hahaha. Aku yakin, kalau jodoh pasti akan bertemu kembali. Aaamin.

Ku tuang air dingin ke dalam gelasku. Ku teguk banyak. Ku harap air ini bisa mendinginkan hatiku yang panas karena api cinta. Uhuk.. uhuk.. terbatuk aku karena terlalu banyak mengkhayal.

Andaikata besok cuma berdua. Apakah bisa dikatakan sebagai nge-date ? Aku mau nyiapin candle night dinner. Ahaha. Apa mungkin gadis setomboi Mia suka dengan candle night dinner seperti yang kulakukan pada beberapa wanita yang menggilaiku ?

Aku ga sedang bercanda. Coba kau perhatikan wajahku, gayaku ? Ahaha.. Aku ambil cermin dulu ya. Pandangilah wajahku dengan seksama. Siapa yang ga suka aku ? Aku tampan. Banyak gadis yang suka aku. Tentunya kalau kamu yang membaca ini adalah seorang wanita, aku yakin kamupun bisa memujaku.

"Pluk.."
"Hadeuh.."
Kak Ing menimpukku dari belakang. Dia sepertinya benar-benar dendam kepadaku. Uh.. bukan salahku kalau aku tampan.
"Pluk.."
"Aduh kak, kenapa si nimpuk-nimpuk aku pake bantal terus ?" 
"Dosa loh !!!"
"Apanya yang dosa, kak ?"
Aku memasang tampang polosku. Hihihi. Semoga saja dengan begitu Kak Ing berhenti menimpukku.
"Kamu dosa kalau berlama-lama natapin cermin kayak gitu. Tolong deh Aria, berhenti atau aku timpuk kamu lagi."
Kak Ing mengancamku setengah menggoda. 
"Ahaha.. kakak kok ga bangga si liat Aria cakep gini ?"
"Pluk.."
Aku di timpuk lagi. Kemudian aksi timpuk-timpukan ini berlanjut hingga kami lelah untuk saling menertawakan diri sendiri. Ahaha. Kak Ing memang kakak terbaikku. Walau kak Ing tega menimpukku dengan bantal iler nya, tetap saja.. Aku sayang sama Kak Ing. Hm.. Kalau dengan Mia ? Aku gimana ya ?

~*~

"Aria.. nanti malem jadi kan makan bareng Milana ?"
"Milana pengen makan kepiting. Hehe.."
Duh.. sumpah aku lupa banget kalau pernah janji sama Milana. Aku bingung.. bagaimana ini ? Tentu aku sangat lebih memilih Mia. Mia. Mia. MIA.
"Hm.. Sayang, maaf yaa.. kayaknya ga jadi. Aria mau nganterin Kak Ing. Palingan agak maleman dikit Aria bawain kepitingnya ke rumah Milana. Gapapa kan sayang ?"
Aku terus mencoba membujuk Milana yang manja ini. Aku mohon Tuhan. Jangan ciptakan hal sekecil ini menjadi bibit masalah dalam hubunganku dengan Milana.
"Oke. Oke. Nanti malam aku hubungi kamu lagi."
Milana langsung pergi. Ah.. sudahlah. Aku tau. Aku bahkan sangat tau malam ini Milana ingin mengajakku makan bareng bersama sahabat-sahabatnya.

"Ar.. nanti jam 5 aku tunggu di depan resto Myu yaa. Aku udah ajakin anak-anak yang lain. Jangan telat. Kami menantimu. Hehe."
OMG. Sms dari Mia. Hatiku langsung jedag-jedug ga karuan. Mendengar suaranya saja aku belum berani apalagi bertemu langsung ? Duh.. semoga aku ga terliat salah tingkah di depannya, Tuhan.

~*~

Hari Sabtu. Jam 5 teng.
Ku hamburkan pandanganku kesekitar. Kemana Mia ? Kenapa disini seperti ga ada tanda-tanda kehadirannya ? Telepon ? Tidak ? Telepon ? Tidak ?
Baru saja hendak aku dial nomornya..
"Hey.. Ahaha.."
Aku terdiam untuk sementara. Terpaku pada sosok Mia yang sedang tertawa renyah di depanku. Mia bersama 5 orang temannya. Aku pria sendiri. Oh.. Oh.. aku mulai uring-uringan. Akankah aku akan dicuekin  Mia ?
"Udah lama, Ar ? Jangan diem aja !!!"
"Ah.. eh.. Oh.. Ba.. ba.. baru aja, Mi.."
"Mia sama siapa aja ? katanya Ardi ikutan ? Kok jadinya aku sendiri ni ?"
Aku mencoba protes. Kalau begini jadinya kan mendingan aku berdua aja sama dia sekalian. Biarin deh keringat dingin mengucur deras, biarin deh hatiku dag-dig-dug hingga aku bisa berjam-jam. Asalkan nanti aku ga di cuekin.
"HYaaa.. ahaha.. tenang, Ar. Ardi lagi di jalan. Palingan bentar lagi sampe. Eh.. Maaf, hape aku bunyi. Dari Ardi ni. Mungkin dia udah di sekitar sini."
Aku cuma bisa mengangguk. Menatapnya dan menatapnya. Mendengarnya dengan suara mantap.
"Yaa.. di.. Yaa.. kita udah di depan ni. Buruan jalannya, jangan kayak bebek keseleo. Ahaha."
Lagi-lagi Mia tertawa. Aku merasa ada yang berbeda. Mia yang ku kenal dulu ga seceria ini. Ga apa. Aku lebih menyukai Mia yang seperti ini. Miana Amelia yang ceria dan penuh tawa seperti yang di depanku ini.
Tapi aku ga menyadari, disana.. Tepat disaat aku menatap Mia tanpa kedip. Tepat disaat aku mencoba berada dekat dengan Mia. Tepat disaat aku merasakan ternyata rasa itu masih ada. Tepat disaat aku memikirkan bagaimana caranya aku selalu bisa melihat senyum Mia.. Tepat pada saat itulah, seseorang yang dari tadi hanya duduk diam disana pelan-pelan mendekatiku.
"Aya. Kau bisa memanggilku Aya."
"Salam kenal."
Wanita itu menghampiriku. Aduh.. dari gelagat senyumnya, sepertinya dia menyukai aku. Aku cuma membalas dengan anggukan sembari menyebutkan namaku.
"Aria. Temen Mia waktu masih kecil dulu."
Deg. Aku ga mau kalau cuma jadi teman. Tolong, ga mau kalau cuma jadi teman.
Seketika senyuman Aya semakin mengembang. Sepertinya dia senang sekali mendengar aku menyebut kata 'temen'.
"Ardi. Kok baru dateng jam segini si ? Udah laper ni."
Mia menepuk-nepuk perutnya sambil bercanda dengan Ardi. Aku suka. Aku suka Mia yang begini. Bukan Mia yang dulu hanya diam. Cuek sekali. Entah berapa kali aku sapa, dia seakan ga melihatku. Atau.. emang aku ini invisible di mata Mia ?
Malam nan panjang membuat pipiku semakin meronah. Musik yang bersenandung kian membuat suasana malam semakin hangat. Ternyata yang aku sadari adalah.. aku ga mengenal Mia sepenuhnya. Tapi aku ingin mengenal Mia sepenuhnya. Itu janjiku."

"Trrtt.. Trtt.."
"Handphone siapa ni yang bergetar ?"
Mia mulai menggodaku. Ahaha.. Lucu sekali melihat gelagatnya saat itu.
"Ah.. Mi, Aya tau.. pasti cuma digetar-getarin doank. Hehe."
Uh.. Kenapa cewek satu ini selalu bicara kalau ada sesuatu yang menyangkut diriku ?
"Duh.. maaf ya temen-temen. Aku pulang duluan ni. Kakak baru sampe rumah ni. Di rumah lagi ga ada orang."
Aku berkilah agar semua percaya.
"Yaaa.. ga bisa pulangnya sebentar lagi, Ar ?"
Mia menahanku. Ga. Bukan cuma Mia. Aya juga.
"Hm.. Mia ga apa kan pulang sendiri ? Atau mau bareng ? Aria harus pulang ni. Udah dari tadi di sms-in. Di telepon."
"Yaa.. yasudahlah.. ga apa, Ar. Ati-ati yak."
Mia tersenyum padaku dengan tulus. Aku pikir aku udah ngelancarin sedikit perhatian khusus buat Mia. Haha. Ku pikir Mia mau aku ajak pulang bareng. Tapi ternyata aku pulang sendiri. Hiks. Ga apa. Sepertinya lebih baik begitu. Karena yang sms dan telepon dari tadi tu Milana. Milana ngambek. Aduuh.. alasan apalagi yang bisa aku pakai untuk merayu Milana. Udah uring-uringan aku. Rasanya ga ingin pergi saja. Biarlah. Aku kan sudah menemukan cinta sejati aku. Ahaha.
Akhirnya aku pulang. Aku meluncurkan mobil merahku ke rumah Milana. Setidaknya aku ga harus putus karena ambekan Milana yang seperti ini. Aku harus segera memperbaiki suasana.
Mobil merahku sudah terparkir di depan rumah Milana. Aku merapikan diri sebentar. Membuka pintu mobil lalu melangkah memasuki perkarangan rumah Milana. Memencet bel dan menunggu Milana membukakan. Disana aku melihat Milana tersenyum kecut menyambutku dan aku mulai mencari cara agar malam ini dia bisa memaafkan kebohonganku.
Ku tarik tangannya, ku ajak dia masuk ke mobil lalu menjelajahi malam mencari resto kepiting yang dia mau. Haha. Sepertinya gampang saja. Dan..
"Trrt.. Trtt.."
Sms dari Mia, menanyakan apa aku sudah tiba di rumah. Ku balas seadanya. Walau hatiku riang, tapi aku ga mau Milana mengamuk lagi malam ini.
Lihatlah dari luar jendela mobil ini. Bintang-bintang berdansa dengan kerlipnya. Seperti hatiku yang berkerlap-kerlip karena sebuncah perasaan yang semakin tumbuh buat Mia. Miana Amelia.

~*~

No comments:

Post a Comment