Wednesday, December 28, 2011

~just Quote

"Bagaimanapun keadaan kita dan siapapun yang memiliki keadaan sulit, janganlah merasa kamu akan sulit karenanya. Karena kita tidak bisa memilih apapun dalam hidup kita, selain bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu. Tapi percayalah masa depan akan indah bila kita beusaha untuk menerima keadaan kita."

‎5 kebohongan ibu yg sangat mulia :
1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kpd anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tdk lapar."
2. Wkt makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tdk suka daging, makanlah, nak.."
3. Tengah mlm saat dia sdg menjaga anaknya yg sakit, Ia berkata, "Istirahatlah nak, ibu msh blm ngantuk.."O:)
4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang."O:)
5. Saat anak sdh sukses, menjemput ibunya utk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tggl di sana."O:)
Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, ttp ibu msh bs tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Ini adalah kebohongan terakhir yg dibuat ibu.O:) Tidak peduli sebrp kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu slalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tp tdk prnh membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya. Smoga smua anak di dunia ini bs menghargai setiap kebohongan seorang ibu....karena beliaulah malaikat nyata yg dikirim TUHAN untuk menjaga & mencurahkan kasih sayang pd kita (♥ U Mom) Aku kirim cuma pengen Ibuku tau aku mencintainya Berbahagialah orang2 yang masih memiliki Ibu, dan bahagiakanlah Ibumu selagi Ǻϑά kesempatan.
(dari : blessing seprei)

Saat mata kanan melihat kemalangan dalam diri kita, paksalah mata kiri untuk melihat siapa yg lebih malang dari diri kita..
_16 Juli

Hidup itu kaya hujan.. penuh kejutan yang datang tidak disangka-sangka dan berhenti tiba-tiba..

Tuesday, December 27, 2011

Moldane - Awan

Termenung. Diam. Mencuri waktu dengan aktifitas yang diciptakan untuk mengusir kesunyian. Membalik badan ke kanan dan ke kiri. Menyalakan laptop. Mencari dan mengetikkan sesuatu yang bisa dimainkan. Menyalakan speaker dengan volume full. Memutar film. Keluar. Laper. Cari makan. Tidur. Mengambil handphone. Mengirimkan pesan. Tertawa dan berbicara dari handphone. Matahari kembali bersembunyi. Bintang mengintip di balik awan dan malampun datang kembali. Tiba-tiba mataharipun mengintip pelan-pelan. Mengukir kembali janji-janji indah bersama cahayanya yang menghangatkan dunia.

Panggilan demi panggilan dari surau mulai bersenandung renyah. Menghantarkan mimpi yang terukir indah ke suatu proses indah yang harus dilalui sampai senja. Suara orang bercengkrama mulai terdengar lamat-lamat. Menandakan embun yang bergantung didedaunan siap menjelang terang. Ayam berkokok mulai ramai. Suara pancuran air dari tiap rumah mulai melantunkan melodi kembali.

Aku mengucek-ngucek mataku sekali lagi. Menutup mulut berkali-kali menahan kantuk. Melangkah goyah keluar kamar dan menyapa Ibu yang mulai sibuk di dapur.
"Sprrrrrr.."
Air mulai bergemericik pelan saat keran ku buka. Ku basuh wajah, tangan, dahi, telinga, dan kakiku.

***

p.s : lagi pengen nulis tapi ga tau nulis apa. keinget awan jadi pengen masukkin gambar awan. hehe

Biru membentang sebagai latar mentari yang menyilaukan. Awan berkumpul riuh. Sesekali ditiup angin dan membentuk formasi yang indah. Kuda. Naga. Haha. Masih ku ingat kenangan masa kecil dulu. Dimana aku sangat suka termenung sendiri di depan kamar Bapak. Membawa buku-buku apa saja yang ingin ku baca. Duduk di ayunan. Terbuai oleh indahnya awan. Terimajinasi oleh bentuk-bentuk awan yang luar biasa. Mengambangkan mimpi-mimpi indahku. Yang segera tersapu menjadi bentuk awan yang lain saat aku tergelitik memilih mimpi baru.

Semua nya tentang awan. Dimana aku sedang bersedih. Dimana aku sedang tertawa. Awan selalu menemaniku. Aku menangis mengadu kepada awan. Berteriak dalam diam saat angin menyentuh lembut wajahku. Aku tumbuh bersama awan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menyibukkan diri dengan segala hal yang mereka anggap penting.

Tapi selang waktu berlalu, aku merasa makin kesepian. Hari ini, awan kembali menggelitikku. Membuatku tersenyum senang. Yaa.. awan masih senantiasa menemaniku. Masih ku ingat, aku yang suaranya sungguh tak indah saja bisa menciptakan lagu bersama awan. Berimajinasi bersama naga dan kuda. Hahaha.. Mereka memang hewan favoritku. Selalu mendengarkan keluh kesahku. Tapi hingga sekarang, aku pun tak pernah menyentuh kuda, apalagi menaikinya. Naga ?? Seperti shio ku. Dan aku masih saja menyimpan mimpi agar bisa berubah menjadi naga dan berbicara dengan naga lainnya. Mengarungi dunia yang luas dan menyemburkan api kepada siapa saja yang berani menggangguku.

Pelan. Aku mendesah. Sudah lama aku ga bercengkrama bersama awan. Terakhir, mungkin ketika aku sedang malu-malu menyimpan rasa kepada dia yang jauh disana. Yang entah mengapa kemudian selalu bercerita dan berkeluh kesah kepadaku. Tak apa. Aku pun tak berani mengambil posisi istimewa itu. Dan setiap obrolan singkat itu terjadi, aku kembali duduk di jendela kamar ku. Menatap langit entah malam atau siang. Karena aku yakin, awan selalu ada disana menjagaku.

Lily. Begitulah orang-orang memanggilku. Gadis kecil yang mulai beranjak dewasa dan mulai mencoba memahami arti hidup. Pagi ini, kembali terpaku menatap awan yang membentang indah. Membentuk figure yang menguatkan hatiku. Naga yang tersenyum dan melambai penuh semangat ke arahku.

Aku memejamkan mataku. Menyentuh pelan wajahku. Kemudian membereskan sedikit yang merusak suasana kamarku. Tak apalah, air mataku tumpah. Tak apalah mata ini sembab. Tak apalah pagi ini terulang lagi. Aku mengerti, awan selalu menebarkan cerahnya di setiap pagi yang terus menerus berulang. Awan tak pernah lelah. Walaupun ia dipisahkan angin. Walaupun ia menjauh dari matahari. Ia tetap hangat. Ia tetap tersenyum indah. Dan aku pasti bisa. Setiap langkahku selalu diiringi awan yang kuat.

Sama seperti aku, awan juga bisa menangis tiba-tiba dan berhenti tiba-tiba. Karena awan selalu membawa janji pagi yang indah. Menemani setiap langkah yang goyah. Menguatkan langkah yang perlahan ga yakin. Yaa, aku ga boleh mengkhianati awan. Aku juga akan tersenyum untuk hari ini. Tersenyum kepada sahabat-sahabatku. Untuk Ega. Yaa. Untuk Ega.

***

Sunday, December 25, 2011

Sunset Bersama Rosie

Buku yang sebelumnya terbit dengan judul senja bersama Rosie ini benar-benar menguras air mataku :((.
Layak dibaca. Memang semua tulisan Tere Liye selalu menggugah hati.

Cinta, persahabatan, dan kesempatan.
"Menurut om, apa cinta itu ?"
"Cinta adalah persahabatan."



"Kalian tau penyu adalah binatang paling setia di dunia."
"Kalian bayangkan, di suatu malam yang lengang dan spesial, malam yang gelap gulita, seekor induk betina penyu datang bertelur di pantai ini, menimbun telurnya dengan pasir, lantas setelah semuanya selesai, induk penyu pergi. Telur-telur ditinggalkan begitu saja, dibiarkan berjuang sendirian. Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu melampaui, hingga di suatu pagi yang juga lengang dan spesial, telur-telur itu akhirnya menetas. Kalian mau tau kejadian berikutnya ?"
"Nah, tukik atau anak penyu yang baru menatap dunia itu kemudian merangkak pelan diatas hamparan pasir. Tahukahh kalian, mereka sejak kecil sudah ditanamkan perasaan setia itu. Mengenali aroma lingkungan tempatnya dilahirkan. Mengenali udara, suhu, matahari, angin yang berhembus, setiap jengkal muasal mereka."

"Dengan kaki yang masih lemah, anak-anak penyu itu merangkak perlahan ke tepi pantai. Menjemput janji kehidupan seiring cahaya matahari pagi terbit. Bagai barisan pesawat mereka bergerak menjamah debur ombak pertama. Saat itulah mereka mengikrarkan janji setia. Mereka akan pergi bertualang menjelajahi samudera lusa. Beranjak besar. Menjadi penyu remaja. Mengenal setiap sudut kehidupan lautan. Tapi mereka akan pulangg suatu hari nanti. Kalian tahu, penyu bisa mengarungi beribu-ribu mil sepanjang tahun. Hingga menjejak belahan benua lainnya. Dan ketika mereka siap untuk mencari pasangan. Penyu-penyu itu akan kembali kesini. Menunaikan janji setis yang pernah mereka ikrarkan."

"Dan ajaib, inilah yang jarang diketahui banyak orang. Penyu hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya. Saat mereka kembali untuk pertama kalinya, mereka secara naruliah, akan jatuh cinta dengan penyu betina yang dulu pertama kali ditemuinya. Saat membentuk barisan di pantai dulu, saat kanak-kanak. Itulah yang akan menjadi pasangan sehidup semati. Saat mereka bertemu kembali, mereka akan melakukan tarian penyu. Setelah induk betina bertelur, pasangan itu berpisah lagi. Menjelajahi samudera luas."

"Musim berlalu, ketika musim kawin tiba, mereka akan kembali. Kembali meski terluka, tidak peduli batok keras mereka retak, tangan-tangan lumpuh. Kembali menemukan pasangannya dulu. Tidak tertukar. Tidak berganti. Sejauh apapun mereka menjelajahi lautan. Sejauh apapun mereka melihat sudut dunia. Secantik apapun penyu betina lain yang ditemukannya."

"Mereka akan kembali. Kembali ke takdir pasangannya. Karena itylah janjii setia penyu. Terucapkan saat kaki-kaki kecil mereka, kaki-kaki kanak-kanak mereka menuju lautan luas. Janji setia pada takdir pasangannya."

Virginia just for Lovers

"Apa kamu benar-benar suka sama aku ?"
Deg.. pertanyaan mendadak itu seketika membuat hatiku bergetar. Mukaku langsung bersemu merah, mengirimkan signal-signal untuk mencari alasan ke otakku.
Aku ga berani menatap mukanya. Dia duduk tepat di sebelah kananku. Posisi yang sangat dekat menurutku, karena selama ini aku ga pernah duduk berdekatan dengannya.

Aku memejamkan mata berharap ini semua mimpi. Mataku mulai berkedap-kedip mencoba membedakan yang mana mimpi dan yang mana kenyataan.
Dia mengambil buku catatanku. Buku yang sedari tadi aku tulisin dengan tulisan yang di catatkan Rida di papan tulis. Aku membiarkannya. Membiarkannya karena aku ga tau harus berkata apa.
Aku ga tau apa yang dia lakukan dengan buku catatanku. Yang aku tau, tadi aku sedang berkumpul dengan teman-temanku. Bercanda. Tertawa dan bercerita apa saja. Dia tiba-tiba membubarkan teman-temanku. Tidak. Lebih tepatnya dia mendatangi mejaku dan membuat teman-temanku kembali ke bangku masing-masing.

Ya. Dia ketua kelas disini. Dan dia berhasil menguasai kelas kali ini.
Dia duduk di bangku sebelah kananku yang kosong. Lalu secara langsung berkata seperti itu. Aaah.. kenapa hatiku jadi ga karuan begini. Kemana diriku yang selalu membantah dirinya ?
Saat kesadaranku kembali datang. Dia tersenyum lembut kepadaku. Menyerahkan buku catatanku sambil menyentuh pelan rambutku dan aku cuma terdiam.
"Aku ga suka rambut kamu yang bergelung kebawah kayak gini."
Dia mengatakan itu ? Aaah apa pedulinya dia dengan rambutku ? Aku memang berencana memotong rambutku kok. Aku mencibir pelan. Dia menoleh sekali lagi dan aku buru-buru memalingkan muka dari punggungnya.

Ku buka buku catatanku. Mulai untuk mencatat lagi tapi..
"Apa kamu benar-benar suka sama aku ?"
Ih.. aku kesal bercampur senang. Kenapa juga harus nulis seperti itu di buku catatanku ?
Aku ga mempedulikannya. Aku menyobeknya sebelum ada teman-teman lain yang membacanya. Lalu aku.. aku menyimpan kertas robekan itu saat dia kembali duduk di sebelahku.
"GR SEKALI."
Kuserahkan kertas itu.
Dia tersenyum dan menulis berkali-kali. Aku membalasnya sambil tersenyum juga. Sampai akhirnya kertas itu penuh dan kami cuma bisa tertawa.
Dia mengambil buku catatanku lagi.
"Hey.. jangan coret-coret di buku catatanku. Catetin aja donk."
Aku pura-pura ngambek.
Dia cuma diam dan menuliskan sesuatu di buku catatanku. Aku ga mengerti apa yang dia tulis. Lama. Aku menunggu lama. Dan ternyata dia meneruskan catatanku.

***

You became someone so close
That person I could trust
Why did it end up this way?
What happened to the both of us?
I, I'm tearing up inside
I'm on a rollercoaster ride

Thinking of those memories
How your touch was so soft
Your eyes, they were so green
I would have never known how much
You'd come to mean everything to me

[Chorus:]
Virginia is for lovers
And I wonder where do all the others go
And your heart belongs to another
And I'm leaving
Virginia is for lovers anyway

No matter how long were apart
I find it hard to let go
I'm sitting here so restless
Time is moving so slow
I hate that I'm looking back
Reminiscing on photographs

You were like my other half
We were perfect on our own
Then everyone came back
Got harder to get you alone

See the hurting on my face
You were looking the other way because...



(Jordin Sparks - Virginia just for lovers)

***

Sekian tahun berlalu. Aku pernah bilang "Aku suka kamu".
Dan sampai sekarang tak pernah sekalipun dia bilang suka aku. Dia selalu ada di sampingku walaupun jarak yang membuat kami semakin jauh.
Lagu itu terus bersenandung mengingatkanku akan dirinya.
Aku memegang amplop merah jambu dengan pita di luarnya.
Ku baca berkali-kali. Tertulis nama Putra dan Mega.
Aku cuma bisa menghela nafas. Ternyata saatnya sudah tiba. Saat dimana aku harus melempar semua kenangan itu ke tempat sampah.
Harapan semu. Penantian kosong atau hanya aku yang bodoh ?
Bukankah cuma aku yang menyimpan rasa hingga 6 tahun ini ? Bukankah aku juga tau kalau Mega selalu berada disisinya saat aku ga ada ?
Bukankah.. Bukankah.. ??
Aku menghentikan celotehan panjangku. Mematikan lagu yang ku putar sejak tadi malam.

Pagi ini Putra dan Mega akan menikah. Sejam lagi acara akan dimulai.
Ku ambil gaun yang sudah ku siapkan sejak seminggu yang lalu. Ku tatap wajahku di depan cermin.
"Cantik."
Aku bergumam puas. Ku ambil tas jinjingku dan melangkah keluar kamar.
Hari ini Mega dan Putra akan menikah. Mega yang merupakan sahabat terbaikku. Putra yang merupakan cinta pertamaku.
Aku bahagia.
Aku sungguh bahagia.

Sinar mentari pagi menyilaukan mataku. Awan berarak mengiringi langkahku. langit biru meneduhkanku.
Yaa.. kan ku buang semua masa laluku dan ku simpan rapat-rapat rahasiaku dengan Putra.

"Brrrmmm.. brrrmm.."
Mobil mulai berjalan pelan meninggalkan rumahku. Sama seperti aku yang harus meninggalkan kenangan masa lalu itu.

***

Moldane ~

"Kau tau semua orang pasti pernah merasakan masa-masa sulitnya ?"
"Kau tau kan semua orang pasti pernah menangis dan bahagia ?"
"Menangislah kalo emang dengan itu kamu bisa merasa lega."
"Apapun perasaan itu bisa kau tunjukkan dengan menangis. Lalu kenapa harus malu ?"
"Kenapa kau selalu menyembunyikan kesedihanmu sendiri, Lily ?"
Leon menasehatiku dengan hati-hati.
"Tapi Ega sahabatku, Leon."
"Kau ga mengerti bagaimana posisiku. Sekian hari yang lalu dia cerita sungguh benar-benar menyayangi sopir angkot itu. Melihatnya bercerita, mana lah mungkin aku bisa mengerti kalau sekarang semua berubah."
Aku terus mencari pembelaan dalam setiap ungkapan kata-kataku.
Aku selalu ga mengerti diriku. Aku selalu keras kepala dengan apa yang ada dipikiranku. Aku ga bisa berpikir dengan tenang. Semua yang kurasakan harus kusimpulkan sendiri. Aku ga bisa menerima kesimpulan dari orang lain.
Leon memandang sedih kepadaku. Leon hanya menarik nafas dan menghentikan obrolan konyol ini. Tidak. Bukan obrolan konyol tepatnya. Tapi aku yang konyol. Aku yang bodoh membiarkan mataku sembab tiap malam dan berpura-pura semua baik-baik saja di depan Ega.
Aku juga ga mengharapkan semua seperti ini. Tidak.

Leon mendekatiku perlahan. Menyentuh pundakku sekali lagi dan membiarkanku berhambur melepaskan pelukanku.
Leon membiarkanku mengeluarkan keluh kesahku. Membiarkan titik-titik air mata membasahi gaun indah miliknya.

"Kau akan tau, Lily. Suatu saat nanti kau akan tau semua terjadi karena ada alasannya. Kau akan mengerti kesempatan itu bukan untuk di tunggu tapi untuk diciptakan oleh kedua tanganmu."
"Kau akan tau kenapa kita punya dua telinga, dua mata dan satu mulut."
"Kau akan mengerti semua itu."

***

Moldane III

Aku tau aku bukanlah seorang pujangga yang pandai merangkai kata hingga enak dibaca. Bukan juga pengarang cerita hebat atau penulis dengan jejeran karya yang mampu membuat orang lain berdecak kagum, bangga, bahkan tanpa perintah berani mengadu kepada dunia kalau aku ini pantas mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Tidak. Bukan itu yang kuharapkan disini. Aku hanya ingin membuat hati ini sedikit tenang diantara sekelumit cerita hidup dan menyesakkan jiwa. Membangun ceritaku sendiri dalam kenangan yang masih mampu ku ingat dan kujadikan cerita yang lebih indah. Bukankah apapun yang terjadi ga akan terlepas dari cerita kita meski kitapun mampu melupakan baris demi baris cerita masa lalu itu. Dan justru itu juga lah yang berperan penting dalam hidup kita, dalam rangkaian menuju kedewasaan kita.

Dewasa ? Rasanya kalimat itu ga cocok ditujukan untuk diriku yang selalu mengenang perihnya kehidupan, dimana aku selalu terisak setiap malam, memojokkan diri di sudut kamar dengan mata berurai tanpa bisa berbuat apa-apa, yang kemudian tertidur perlahan karena begitu capeknya dengan urusan dunia.

"Apa yang bisa ku lakukan ? Apa ?"
Aku selalu meneriaki diriki seperti itu ketika kedinginan hati itu menusukku lagi.
Aku selalu memasrahkan semuanya kepada yang namanya kesempatan. Menanti dan menanti tanpa berani membuat kedua tangan ini menciptakannya.
Aku terguguh saat malam mulai menyelimuti dunia. Membentangkan tangan lebar-lebar demi mencapai kehangatan yang ga akan pernah bintang dan bulan berikan.
Mana ada malam yang hangat. Aku bahkan ga berani  menyalakan lilin untuk sekedar menghangatkan tangan ini.
Aku menyenangi malam dimana aku bisa bersiul riuh rendah. Tapi kapan itu ? Aku bahkan melupakan satu demi satu kenangan itu. Semuanya seakan ga pernah tau kalau aku masih ada. Kemana mereka semua ? Kenapa selalu meninggalkan resah  hati seperti ini ?
Aku sering menyalahkan Tuhan atas kemalangan yang ku rasakan.
Kemalangan yang selalu aku lihat dengan mata kiriku, tanpa memperbolehkan mata kananku melihat kemalangan orang lain.
Aku ga pernah sadar, tangan kananku selalu mencoba menghapus air mataku. Tangan kiriku mencoba menguatkan hatiku.
Aku terlalu munafik. Aaaah..
"Prangg..."
Gelas yang sedari tadi menontonku tak urung menjadi luapan emosiku. Pecah.. hancur berkeping-keping karena lemparanku yang mengenai dinding kamar ini.
Aku selalu membunuh rasa sepiku dengan menghancurkan sesuatu biar ramai.
Aku selalu menutupi kesedihan yang aku sendiri ga mengerti apa yang aku sedihkan dengan melukiskan senyum manis kepada sahabat-sahabatku.
Entahlah. Aku mulai menarik nafas panjang.
Aku merasakan kristal-kristal bening mulai memaksa turun dari kedua bola mataku. Jatuh perlahan. Membasahi pipiku. Mengeluarkan kelegaan luar biasa diiringi isak tangisku.
Aku mengambil cermin yang terletak tak jauh dari tempatku duduk sekarang.
Melihat dengan jelas betapa malangnya aku dari pantulan cermin yang kupegang.
Gemuruh hujan mulai membasahi bumi setitik demi setitik. Menyembunyikan teriakan hatiku di  malam kelam ini.
Aku merasakan ada yang memegang pundakku. Tidak. Aku ga merasa takut sedikitpun. Kehadirannya menenangkanku. Dan apa aku ini sudah gila ???
Aku menggenggam lembut jemari yang merengkuhku itu. Hangat. Dia menghangatkan dinginnya suasana hatiku. Aku memberanikan diriku menoleh sedikit ke belakang. Berpendar indah dalam gaun warna merah menyala. Dia tersenyum lembut.
"Leon Fairy. Kamu masih ingat Leon kan ?"
Dia menyambut tatapanku dengan menyebutkan namanya.
Aku mundur ke belakang. Perlahan langkah demi langkah sambil menyiapkan teriakan kencang. Tapi Leon hanya tersenyum tenang yang membuat aku sedikit merasakan kenyamanan.
Leon mendekatiku dan aku..

***

My beloved Ayaah

Ayah..
Aku merusak malam ini dengan isak tangis yang ga bisa terhenti
Membayangkan sosokmu yang tersenyum dengan penuh kebanggaan
Dengan penuh kerinduan menyambut kehadiranku
Membentangkan tangan lebar-lebar menanti larian kecilku untuk memelukmu

Ayah..
Entah ini yang keberapa kalinya aku menahan sesak ini sendiri
Yang terpecah dengan tangisan dan teriakan di dalam hati

Ayah..
Sekalipun aku ga pernah merasakan kasihmu yang nyata untukku
Mungkin guratan senyum tipis pun sulit kau lemparkan padaku yang bisanya selalu mengacaukan suasana hati saja

Ayah
Denting irama malam menggelitikku
Mengingatkanku untuk mengenang masa kecilku
Mengarang cerita untuk membuatku makin menyanyangimu

Ayah..
Pernahkah terlintas 1 kata yang ingin kau ucapkan padaku ?
Aku rindu Ayah
Aku ingin tau sosok Ayah itu seperti apa
Aku ingin menghambur kepelukanmu saat aku merasa luka dan tak berdaya
Aku ingin mengadukan keadaan pilu ku sekarang
Aku ingin kau membelai lembut rambutku dan membiarkanku terlelap dalam buaianmu

Tak perlu menutupi rasa seakan-akan aku orang lain, ayah
Jangan pernah melihat aku seakan-akan aku ini yang paling berdosa

Ayah..
Aku rindu, ayah
Aku ingin menyentuh lembut hatimu
Melukiskan senyum kecil yang membangunkan kebahagiaanku

Aku butuh sosokmu dalam hidupku, ayah
Bukan sekedar mengandalkan lingkungan sekitarku dalam membentuk perilakuku
Bukan sekedar mempelajari hidup dengan cara menjalaninya sendiri
Aku butuh gandengan tanganmu, ayah
Aku butuh arahan saat hatiku pedih

Ayah..
Aku tau aku ga pernha bisa terlihat hebat
Aku bahkan selalu mencari cara agar selalu berbeda dengan yang kau harapkan
Aku hanya mencoba kau peduli, ayah
Aku hanya mencoba mencuri perhatian kecilmu

Lupakanlah masa kecilku
Lupakanlah masa-masa menjelang remajaku
Semua sudah ga penting untuk dijadikan cerita lagi

Tapi coba lihat aku, Yaah..
Tak bisakah di sisa umurmu yang semakin tua
Tak bisakah di saat fisikmu semakin melemah
Tak bisakah di saat kita jauh
Tak bisakah Ayah membuktikan pada dunia kalo rasa sayang ayah itu ada ?

Yah, aku mencoba menyimpannya sendiri
Mengolah sebentuk hati agar selalu bersemi
Mengolah kepingan yang sempat terluka agar terobati

Ayah..
Ayaah..
Adakah teriakan hatiku ini sampai kepadamu ?
Adakah kedamaian di jiwamu saat melihatku ?

Aku mencoba memahami semua yang terjadi dalam hidupku
Tentangmu, tentang kita
Tapi yang selalu bisa kulakukan hanyalah
Menyimpannya sendiri dan menutupnya di sela waktu yang ku miliki
Yang terkadang mengusik gelisahku di tengah malam
Yang kadang menyeruak di kala kesepian itu datang lagi
Disaat harapan itu kian besar
Disaat rindu ini menggelitik tameng yang ku bentang

Bintang mungkin tak bisa membantuku
Tapi aku sungguh berharap..bintang malam ini selalu menjaga tidurmu
Menyampaikan semua tentang perasaanku
Semuaanyaa
dan semuaanya yang ku impikan selalu indah

Selamat tidur, ayah
Semoga kebahagian selalu untukmu
Semoga Tuhan selalu menjagamu disaat aku jauh dan ga bisa menjagamu
Semoga suatu saat pesanku menggelitik hatimu
Dan ayah akan membuka ruang untuk cinta itu
Untuk semua kasih sayang yang sempat kau lupakan beberapa waktu
Semoga senyum selalu terlukis di wajahmu
Aaaaaaaaaamin

Jakarta, Senin 26 Desember 2011
0:33 AM