Tuesday, December 27, 2011

Moldane - Awan

Termenung. Diam. Mencuri waktu dengan aktifitas yang diciptakan untuk mengusir kesunyian. Membalik badan ke kanan dan ke kiri. Menyalakan laptop. Mencari dan mengetikkan sesuatu yang bisa dimainkan. Menyalakan speaker dengan volume full. Memutar film. Keluar. Laper. Cari makan. Tidur. Mengambil handphone. Mengirimkan pesan. Tertawa dan berbicara dari handphone. Matahari kembali bersembunyi. Bintang mengintip di balik awan dan malampun datang kembali. Tiba-tiba mataharipun mengintip pelan-pelan. Mengukir kembali janji-janji indah bersama cahayanya yang menghangatkan dunia.

Panggilan demi panggilan dari surau mulai bersenandung renyah. Menghantarkan mimpi yang terukir indah ke suatu proses indah yang harus dilalui sampai senja. Suara orang bercengkrama mulai terdengar lamat-lamat. Menandakan embun yang bergantung didedaunan siap menjelang terang. Ayam berkokok mulai ramai. Suara pancuran air dari tiap rumah mulai melantunkan melodi kembali.

Aku mengucek-ngucek mataku sekali lagi. Menutup mulut berkali-kali menahan kantuk. Melangkah goyah keluar kamar dan menyapa Ibu yang mulai sibuk di dapur.
"Sprrrrrr.."
Air mulai bergemericik pelan saat keran ku buka. Ku basuh wajah, tangan, dahi, telinga, dan kakiku.

***

p.s : lagi pengen nulis tapi ga tau nulis apa. keinget awan jadi pengen masukkin gambar awan. hehe

Biru membentang sebagai latar mentari yang menyilaukan. Awan berkumpul riuh. Sesekali ditiup angin dan membentuk formasi yang indah. Kuda. Naga. Haha. Masih ku ingat kenangan masa kecil dulu. Dimana aku sangat suka termenung sendiri di depan kamar Bapak. Membawa buku-buku apa saja yang ingin ku baca. Duduk di ayunan. Terbuai oleh indahnya awan. Terimajinasi oleh bentuk-bentuk awan yang luar biasa. Mengambangkan mimpi-mimpi indahku. Yang segera tersapu menjadi bentuk awan yang lain saat aku tergelitik memilih mimpi baru.

Semua nya tentang awan. Dimana aku sedang bersedih. Dimana aku sedang tertawa. Awan selalu menemaniku. Aku menangis mengadu kepada awan. Berteriak dalam diam saat angin menyentuh lembut wajahku. Aku tumbuh bersama awan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menyibukkan diri dengan segala hal yang mereka anggap penting.

Tapi selang waktu berlalu, aku merasa makin kesepian. Hari ini, awan kembali menggelitikku. Membuatku tersenyum senang. Yaa.. awan masih senantiasa menemaniku. Masih ku ingat, aku yang suaranya sungguh tak indah saja bisa menciptakan lagu bersama awan. Berimajinasi bersama naga dan kuda. Hahaha.. Mereka memang hewan favoritku. Selalu mendengarkan keluh kesahku. Tapi hingga sekarang, aku pun tak pernah menyentuh kuda, apalagi menaikinya. Naga ?? Seperti shio ku. Dan aku masih saja menyimpan mimpi agar bisa berubah menjadi naga dan berbicara dengan naga lainnya. Mengarungi dunia yang luas dan menyemburkan api kepada siapa saja yang berani menggangguku.

Pelan. Aku mendesah. Sudah lama aku ga bercengkrama bersama awan. Terakhir, mungkin ketika aku sedang malu-malu menyimpan rasa kepada dia yang jauh disana. Yang entah mengapa kemudian selalu bercerita dan berkeluh kesah kepadaku. Tak apa. Aku pun tak berani mengambil posisi istimewa itu. Dan setiap obrolan singkat itu terjadi, aku kembali duduk di jendela kamar ku. Menatap langit entah malam atau siang. Karena aku yakin, awan selalu ada disana menjagaku.

Lily. Begitulah orang-orang memanggilku. Gadis kecil yang mulai beranjak dewasa dan mulai mencoba memahami arti hidup. Pagi ini, kembali terpaku menatap awan yang membentang indah. Membentuk figure yang menguatkan hatiku. Naga yang tersenyum dan melambai penuh semangat ke arahku.

Aku memejamkan mataku. Menyentuh pelan wajahku. Kemudian membereskan sedikit yang merusak suasana kamarku. Tak apalah, air mataku tumpah. Tak apalah mata ini sembab. Tak apalah pagi ini terulang lagi. Aku mengerti, awan selalu menebarkan cerahnya di setiap pagi yang terus menerus berulang. Awan tak pernah lelah. Walaupun ia dipisahkan angin. Walaupun ia menjauh dari matahari. Ia tetap hangat. Ia tetap tersenyum indah. Dan aku pasti bisa. Setiap langkahku selalu diiringi awan yang kuat.

Sama seperti aku, awan juga bisa menangis tiba-tiba dan berhenti tiba-tiba. Karena awan selalu membawa janji pagi yang indah. Menemani setiap langkah yang goyah. Menguatkan langkah yang perlahan ga yakin. Yaa, aku ga boleh mengkhianati awan. Aku juga akan tersenyum untuk hari ini. Tersenyum kepada sahabat-sahabatku. Untuk Ega. Yaa. Untuk Ega.

***

No comments:

Post a Comment