Thursday, February 6, 2014

Deo I

"May ???" 
Seseorang yang dari tadi hanya bisa ku pandangi kini berdiri depanku. Tersenyum manis kemudian memanggil namaku. Sengatan kecil mulai mengusik hatiku. Ada tangan lain yang bergelayut memegangi tangannya. Apa aku harus berpura-pura tidak mengenalnya lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa ? Ah.. kenapa aku harus melewatkan kesempatan seperti ini lagi ?

"Kamu Maya, kan ? Maya Caroline. SMA YPI IPA 3 ?"
"Hey.. Deo.."
Akhirnya aku mampu menjawab sapaannya.

Kami berjabat tangan. Gadis manis disampingnya tersenyum kepadaku. Kami berkenalan. Namanya Tia. Pacar Deo. Ga banyak yang kami ceritakan saat ini. Kami bertukar nomor handphone dan saling melambaikan tangan.

Ketika dia berlalu dari pandanganku, aku cuma bisa menatap dalam diam tanpa bisa memberanikan diri untuk bilang "rasa ini ga bisa ku tahan lagi."

***


Waktu berjalan dengan cepat. Tanpa ku sadari, pertemuan setahun kemarin ternyata memang kesempatan yang ga mungkin aku dapatkan lagi. Lupakan. Hari ini hari pernikahan Miranda, sahabatku. Aku, Dena, dan Mega sudah bersiap-siap dari kemarin. Mereka bahkan membawa pasangan masing-masing dan mulai mengusiliku.

"May, kita udah pada punya ni. Kamu kapan ? Hayuu atuh.. biar waktunya ga jauh-jauh amat."
Mega yang paling sibuk ngomelin aku tentang pasangan hidup ini selalu saja mengawali cerita. Huff..

"Haha.. Maya masih nunggu Deo kali ya ? Padahal aku denger-denger Deo udah ga di kota ini lagi loh. Udah membangun keluarga di kota seberang. Kamu kok ga coba liat Daima si ? Dia naksir kamu, May. Hari ini dia juga dateng loh."
Dena mulai memanasi cerita sambil menunjukkan foto-foto aku bareng Daima di handphone nya.

"Sttss.. kita kan ga tau keajaiban apa yang akan terjadi sama Maya, Na. Jodohnya jangan di cariin. Hahaha."
Miranda yang melihat tampangku sebel mulai menengahi cerita.

Miranda cantik banget hari ini. Kira-kira setengah jam lagi, dia harus duduk di pelaminan. Pasti deg-degan banget kalo jadi Miranda. Miranda tersenyum penuh arti padaku ketika aku membalas candaan Dena dan Mega dengan mencubiti pipi mereka satu persatu.

Suasana semakin ramai. Bau bunga memenuhi ruangan. Suara musik mulai mendayu-dayu. Ah.. aku juga harus bersiap-siap.

Aku, Mega, dan Dena duduk di barisan paling belakang. Aku bagian dokumentasi. Kenapa aku? karena aku suka potografi. Yaa, aku akuin hasil fotoku ga bagus-bagus banget. Tapi memperbanyak dokumentasi justru menyenangkan. Kali aja si abang yang motoin kelewatan sesi sakral, kan sayang aja. Hahaha.

Aku mulai mengitari ruangan yang di dekorasi dengan warna putih ini. Bunga bertaburan dimana-mana. Warna pastel yang dipakai Miranda memberikan kesan lembut yang menenangkan. Lah, kenapa jadi aku yang deg-degan gini ya ?

"Jpreet.."
Aku mulai mengambil foto.

"Jpreet.."
Kali ini aku mengambil foto dari arah tamu masuk.

"Jpreet.."
Antusiasku untuk memotret semakin menjadi.

Sekarang hampir masuk sesi kata sambutan. Aku, Mega, dan Dena akan memberikan kata sambutan juga. Aku ga tau tau harus bilang apa, tapi kami bertiga akan bicara diatas sana sebentar lagi. Deg.. Deg.. Ketika nama kami bertiga di panggil, aku makin gelisah.

Ku naiki anak tangga di sebelah kiri panggung. Bau melati yang menghiasi dekorasi semakin menusuk hidung. Ketika microphone sudah di tanganku, sekilau cahaya dari atas melesat menuju pelaminan. Keadaan suka cita menjadi gempar.

~to be continued



No comments:

Post a Comment