Monday, October 3, 2011

Moldane Part II

"Ah..."
Aku memasuki toilet sambil meringis dan memegangi kepalaku. Rasanya seperti ada mengalir dari kepalaku. Jangan darah, aku mohon. Batinku meraung-raung tanpa berani melihat telapak tanganku yang terus-terusan memegangi kepala. Ku tutup mataku perlahan. Ku nyalakan keran air dan membasuh tanganku. Pelan-pelan ku buka mataku. 
"Hah ??? "
"Astaga.. kepalaku berdarah. "


Ku pikir penderitaanku akan berakhir setelah kepalaku menabrak meja. Aku mencari pulpen yang jatuh di bawah meja  lalu.. Aww.. Ga ku sangka-sangka kepalaku berdarah. Hiks.. sambil mengasihani diri ku usap mukaku dengan sabun muka. Ku tatap wajahku pelan-pelan sambil menghitung bintang yang hinggap disana.
Bayanganku di cermin sangat berbeda. Ada kepak sayap bersembunyi di balik lengan kecilku. Aku terpesona dengan penampilanku sekarang. 


Ku coba memegang kacamataku. Hey.. aku memakai kacamata tebal ini. Kenapa bayanganku di cermin memantulkan bayangan yang salah ? Aku memakai gaun ungu yang cantik. Dengan sedikit renda indah dan berlian di setiap ujung gaun yang menambah kesan mewah. Ada kerlip yang bersinar indah saat aku bergoyang ke kanan atau ke kiri.


Ku sentuh wajahku yang terpantul dalam bayangan di cermin. Wajahku tersenyum lalu menghilang. Berganti dengan wajah senduku yang seperti biasa. Sesaat aku masih menatap cermin di depanku. Tapi tiba-tiba hatiku tergerak untuk mencari amplop merah jambu itu. Amplop merah jambu yang berisi pesan dari Moldane. Apa hubungannya dengan sekilas pantulan bayanganku di cermin ini ? Moldane itu siapa ? 


Ku bongkar tas sekolahku. Buku-buku mulai berserakan di lantai. Uang receh yang biasa aku selipkan mulai gemerincing menyusun irama di keheningan sore ini. Ku buka satu per satu saku di tas ku. Tapi ga ada. Aku ga menemukannya. 


Diam sebentar. Aku mencoba mengingat sesuatu. Aku yakin amplop itu sobek. Entah dimana aku meletakkannya, tapi amplop itu sudah hilang.


Besok. 16 Juli. Haruskah aku datang ke taman Aria ? Tapi mungkin saja surat itu bukan untukku. Kalau bukan untukku ? Lalu siapa lagi ?


***

No comments:

Post a Comment