Saturday, July 2, 2011

Moldane

Lengang. Sepi dan tenang. Semua orang di ruangan ini sedang memperhatikan apa yang Pak Edi bagi lewat papan putih bertinta hitam dan biru.
Di pojok sudut ruangan aku hanya menepong dagu sambil mengernyitkan dahi. Entah. Aku hanya ga mengerti. Yang terdengar dari telingaku hanyalah gesekan spidol berwarna dengan papan tulis putih itu.
Aku kembali memasukkan tanganku ke dalam ransel. Dan aku kembali memegang amplop merah jambu itu. Penasaran sekali rasanya.
Amplop itu kutemukan saat aku ingin beranjak turun dari angkot yang biasa ku tumpangi. Aku ga bermaksud mengambilnya. Kondektur angkot itu memberikan amplop itu padaku. Dia bilang, amplop itu jatuh dari buku yang aku pegang.
Awalnya aku pikir surat cinta. Tapi.. siapa si yang suka dengan cewek culun kayak aku? Ah bukan culun, kutu buku lebih tepatnya. Aku tidak punya teman. Aku hanya bisa berkomunikasi dengan buku-buku yang menumpuk di perpustakaan.

"Sret.. Sret.."
"Dan ini rumus untuk menghitung trigonometri..."

Pak Edi masih semangat mengajar. Ega yang sedari tadi memperhatikanku, seperti mulai ga tahan untuk bertanya.

"Li.. kamu kenapa dari tadi melototin amplop merah itu ?"
"Aku.." Ucapanku terputus. Aku bukan orang yang biasa berbagi cerita dengan orang lain. Aku hanya ingin keheningan ini terus berlanjut.

"Ah.."
Ega merampas amplop merah ku. Aku ga biarin itu terjadi begitu saja. Aku ikut merampas amplop merah itu.

"Ega.. Lili.."
"Kalian ga bisa liat Bapak ada di depan kelas ?"
"Kalian ga bisa hargain Bapak, hah?"

Pak Edi yang terkenal galak itu mulai tak nyaman dengan tingkah laku aku dan Ega.

"Tapi, Pak.."
Belum sempat aku bicara. Amplop yang tadi udah ku dapatkan dengan susah payah di tarik lagi oleh Ega. Dan..

"Sret.."
Amplop itu sobek.
Keheningan pun kembali datang. Aku langsung berdiri ingin memaki Ega. Tapi tiba-tiba semburat asap merah memenuhi ruangan kelas ini. Aku terbatuk kecil. Semua berwarna merah. Aku ga bisa lagi melihat isi kelas ini.

Ega, Pak Edi, dan teman-teman yang lain seakan membeku. Ah bukan membeku. Mereka mematung.

Aku mencari sumber asap merah itu. Aku memakai kacamata tebalku. Aku melihatnya dengan jelas. Tongkat kecil yang tadinya ku kira korek api, keluar perlahan dari amplop merah yang di pegang Ega.
Tongkat kecil itu makin kelihatan jelas. Sekilas ada bayang merah yang berputar dari tongkat itu. Bergerak pelan lalu berputar dengan semburat bintang kecil. Dan oooh.. seorang gadis cantik bergaun merah tersenyum manis padaku.

Dia.. dia..

"Hai.. Lili.. Aku Leon Fairy."
Gadis itu membungkukkan badannya sedikit.
Anggun. Dia benar-benar bersikap selayaknya putri raja. Aku ga bisa berkata apa-apa. Aku.. aku kurang bisa berkomunikasi dengan orang-orang.

"Treeeeeeeet..."
Bel pulang berbunyi.
Aku seakan sadar dari mimpiku.
Ega dan yang lainnya sibuk bercanda. Pak Edi mengakhiri pelajaran hari ini.

Lalu aku..
Apa aku mimpi ?

Ku ambil amplop merah jambu yang sobek itu. Ku lihat ada serpihan serbuk merah didalamnya. Apa aku mimpi ?? Tapi..

"Sabtu, 16 Juli 2011.. aku ingin kamu menemuiku di taman Aria jam 11 malam. -Moldane-"

Apa maksud tulisan ini ? Kenapa bisa terselip di dalam amplop ini ?
Bukannya 16 Juli itu, 2 minggu lagi ?



++to be Continued..

--khaa_khay 2 Juli 2011--

No comments:

Post a Comment