Tuesday, November 8, 2016

Kiyo dan Sandy - Sebentar namun penuh arti

Tak peduli sehebat apapun kita berusaha,
Tak peduli sebesar apapapun keinginan kita,
Beberapa kisah memang tidak memiliki akhir bahagia
(Things to know when in love - Kim Jae Sik) 

Hi.. Namaku Kiyo. Usiaku sekitar 2-3 hari. Aku ditemukan hari Minggu malam, 8 November 2016 di dekat tempat sampah di sekitar kosan Kak Ifa. Waktu itu aku mengeong kencang. Mungkin aku lapar, mungkin juga aku merindukan Ibu dan saudaraku.

Aku waktu baru ditemukan oleh Kak Ifa

Aku tidak tau lahir dengan berapa saudara. Aku hanya sempat bertemu dengan Kak Sandy. Kak Sandy lebih dulu ditemukan oleh Kak Ifa. Kak Sandy bilang, dia bertemu Kak Ifa dari sore. Waktu itu, Kak Sandy dibuat mainan oleh anak-anak kecil di sekitar kosan Kak Ifa. Aku sedih. Mengapa mereka tega ngejahatin Kak Sandy? Untungnya Kak Ifa baik banget mau membawa Kak Sandy pulang dan mencarikan ibu baru buat kami, bahkan mencarikan orang yang mau mengadopsi kami.

Aaah.. Setidaknya, malam ini kami bisa berlindung dari dingin yang mencekam. Tidak perlu juga khawatir dengan cakaran ataupun gigitan dari tikus maupun kucing liar di luar sana. Dan yang lebih penting lagi, kami tidak perlu kebasahan dan menggigil kedinginan jika hujan turun malam ini.

Aku lelah, ku pejamkan mata perlahan. Aku juga sempat berdoa semoga masa depan kami secerah esok pagi.

***

Pagi ini aku terbangun dengan rasa sakit. Mata kami memang belum terbuka, tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di badan kami. Kenapa rasanya sakit sekali? Aku bisa merasakan ada banyak luka-luka di paha, telinga, pusar, dan anusku.  Yaa.. Tuhan.. Kenapa tubuhku membusuk? Aku sendiri tidak mengerti dari mana luka ini. Kak Sandy menguatkan aku untuk terus bertahan. Kita berdua terus berdoa. Berharap keajaiban yang ada buat kami itu adalah bisa melihat dunia, melihat Kak Ifa yang semakin mengkhawatirkan kami.

Memang ketika ditemukan oleh Kak Ifa, plasenta kami masih melekat di pusar. Yang aku dengar dari obrolan Kak Ifa, jika plasentanya tidak segera lepas, plasenta itu bisa membusuk dan membuat luka di perut kami. Ibu kami tidak tau dimana. Plasenta kami lepas, tapi perut kami jadi berlubang.

Kak Sandy waktu pertama ditemukan oleh Kak Ifa

Kak Ifa, membawa aku dan Kak Sandy ke kosan Kak Tika. Ada harapan kami bisa dijaga walaupun Kak Ifa dan Kak Tika harus ganti-gantian merawat kami. Tapi.. Kenapa nafas Kak Sandy jadi semakin lemah? Ketika sampai di kosan Kak Tika, Kak Sandy menguatkan aku lalu pergi dengan damai. Aku sedih. Aku kini sendiri. Ibu.. Aku harus kuat. Aku harus bisa melihat dunia. Ibu.. Kenapa lukaku semakin menyakitkan?

Aku dibawah ke klinik hewan. Tapi di dalam ada kucing lain yang sedang di operasi. Lama. Sakitku semakin menjadi. Aku mendengar Kak Ifa dan Kak Tika khawatir sekali dengan keadaanku. Karena terlalu lama dan tidak ada indukan kucing juga disini, aku mau dibawa ke puskesmas hewan yang dekat dari sini. Dan sekali lagi, aku punya alasan untuk bertahan agar aku bisa melihat dunia ini.

Akhirnya, aku dibawah ke Puskewan. Tidak mengantri, tapi lama sekali. Dokternya baru datang setelah Kak Tika minta tolong sama seseorang untuk memanggilkan dokter karena darahku keluar terlalu banyak.

Aku lagi di periksa Dokter

Aku menjerit. Sakit.

Kak Ifa dan Kak Tika baru menyadari bahwa di kedua telingaku ada banyak belatung.

Ibu..
Aku mendengar rintihan kedua kakak ini. Betapa mereka menyayangiku walaupun aku tidak bisa melihat mereka. Aku berjanji aku harus kuat walaupun semua orang dan dokter juga bilang bahwa aku sulit untuk bisa bertahan.

Ibu.. Sakit..
Aku lelah, Bu..

Energiku seperti sudah habis ketika belatung di paha, pusar, telinga, dan anusku dibersihkan oleh dokter. Kulitku digerogoti sampai dalam.

Aku tidak bisa memberi tau dokter bahwa masih ada yang bergerak-gerak di dalam tubuhku. Aku terlalu lelah untuk mengeong lagi.

Aku di rawat didalam ruangan dokter lama sekali. Kak Ifa dan Kak Tika disuruh menunggu di luar. Dari sentuhan mereka berdua, aku mengerti.. Ada cinta dan harapan yang mereka salurkan untukku. Hanya mereka berdua yang optimis kepadaku. Aku harus kuat. Aku harus berjuang.

Sayup ku dengar Kak Tika berkata tidak akan memberikan aku ke ibu baruku.

Ibu, aku rindu..
Aku tau kasihmu tidak bisa diganti dengan ibu baru, apalagi dengan kondisi aku yang seperti ini aku hanya akan menyusahkan pemilik induk kucing, bahkan induk kucing itu bisa menolakku begitu saja.

Siapa yang sudi merawat aku dengan keadaan begini? Menjaga dan rajin memberiku susu di setiap jamnya? Belum lagi harus membersihkan dan mengobati lukaku. Aaaah.. Aku sangat merindukan Ibu. Di klinik hewan ataupun puskeswan ini semua kucing di steril. Harapanku untuk punya ibu baru semakin tidak ada.

Mungkin sekitar 2 jam aku berada di ruangan ini bersama dokter dan asistennya. Sekilas aku mendengar ada nada bahagia dari Kak Ifa dan Kak Tika ketika aku diserahkan kembali.

Dokter, terima kasih telah memberikan harapan kepada mereka. Terima kasih juga telah memberiku salep untuk mengeringkan lukaku, serta 3 suntikan sebagai alat bantu untuk memudahkanku meminum susu.

***

Aku tidak pernah tau bagaimana akhir kisah hidupku, tapi ijinkan aku untuk merasakan sentuhan Kak Ifa dan Kak Tika. Mereka menyayangiku dan aku pun sudah menyayangi mereka seperti ibuku sendiri.

Aku dibawa pulang. Kotakku dipegang oleh Kak Tika.

Tuhan.. Kak Tika menyadari masih ada satu belatung yang berjalan di dekat pusarku. Ketika mereka menghentikan motor dan ingin membersihkannya, belatung itu bersembunyi entah dimana. Aku terlalu letih untuk memberi tau. Aku cuma bisa tidur dengan nafas yang menderu sambil menahan rasa sakitku.

***

Ibu, mereka sibuk menyiapkan perlengkapanku. Kak Tika sepertinya tidak berani merawatku. Tapi dia sayang aku, Ibu. Walaupun awalnya terlihat takut dan merasa tidak sanggup, dia tetap memperhatikanku. Aku dibangunkan. Dipaksa untuk minum susu 3 ml walaupun aku masih tidur. 2 jam dia menyiapkan semuanya.

Dari jam 2-an siang dia sibuk memasak air untuk susu, merendam suntikan susu, membersihkan lukaku, mengelap badanku agar aku merasa seolah dijilatin oleh Ibu, mengusap mataku dengan tisu, dan memberi aku minum susu.

Jam 4 sore, aku mulai terlelap lagi.

Aku sedang tidur

Ibu, kadang Kak Tika terlihat tidak sabar menghadapiku. Kadang juga dia terlihat capek menjagaku. Tapi, aku ingin menunjukkan bahwa harapan itu ada, Ibu.

Aku tau ini pertama kali baginya menjaga bayi kucing sepertiku. Dan aku.. Aku ini bayi kucing berumur 2-3 hari dengan luka yang membuat semua orang tidak yakin bahwa aku bisa melewatinya, Bu.

Aku mengeong pelan. Aku bisa merangkak dan memanjat kotak tempat tidur. Kak Tika sepertinya terkejut melihat aku yang bersemangat sekali. Padahal 1-2 jam lalu, untuk bergerak sedikit saja aku merasa lelah luar biasa.

***

Aku lapar. Tidak sampai 1 jam aku merasa sangat ingin minum susu. Aku terlalu semangat minum susu untuk yang kedua kalinya ini.

Rasa laparku mengalahkan rasa sakitku. Lukaku pun terasa mulai mengering. Aku pasti sembuh.
***
Ibu, aku mulai resah. Ada sesuatu yang membuat aku merasakan sakit lagi. Aku kenyang tapi terus merengek pada Kak Tika. Hari ini sudah pukul 01.00 pagi dan aku tidak bisa tidur lagi.

Aku tau Kak Tika capek. Dia mulai bingung, tidak tau harus berbuat apa kepadaku. Sesekali aku merasa dia sibuk memegang handphone. Aku rasa dia sedang mencari tau apa yang sedang terjadi padaku. Aku dipeluk. Tangannya menenangkan aku. Aku paling suka meletakkan dagu dan leherku di jarinya. Hangat.

***

Sepertinya Kak Tika tidak berani meletakkanku di pangkuannya berlama-lama. Aku tau, dia mulai mengantuk dan sekarang sudah jam 03.00 dini hari. Dia pasti takut ketiduran dan takut aku terjatuh dari pangkuannya.

Aku kembali dimasukkan kedalam kotak dengan selimut handukku. Aku mengeong lagi lalu dikasih selimut tambahan. Mungkin Kak Tika pikir aku kedinginan.

Aaah.. Aku mulai lelah. Perlahan ku pejamkan mata lagi. Aku seperti bermimpi bertemu denganmu, Ibu. Kak Sandy juga melambaikan tangannya kepadaku. Apa kita bisa bertemu lagi, Bu? Berkali-kali aku terbangun dan mengeong pelan. Mungkin Kak Tika tidak mendengarku. Kak Tika sudah tidur. Dan akhirnya aku pun mencoba untuk tidur kembali.

***

"Kiyoo.. Kiyoo.. "
Aku mendengar namaku dipanggil. Rupanya sudah jam 07.00 pagi. Aku lemah. Aku capek. Aku hampir menyerah.

Aku mengeong pelan untuk memberi tau kalau aku mendengar panggilannya.

Aku diangkat lagi dengan di selimuti handuk. Aku minum susu lagi. Aaah.. Ibu, untuk menelan air susu ini susah sekali. Aku menelan susu sedikit demi sedikit. Energiku hampir habis.

Kak Tika mengelap badanku lagi, seolah-olah dia adalah Ibu yang sedang menjilati badan dan mataku.

Ibu, aku kangen sekali.

Aku cuma bisa merenggangkan tubuhku sedikit. Pelan. Rasa sakitku makin bertambah.

Ibu, ku lihat kau memanggilku. Apakah Ibu sekarang bersama Kak Sandy?

***

Kak Tika sepertinya tidak menyadari kepergianku.

Aku melihat, Kak..

Kau memaksaku meminum susu tapi tubuhku tidak memberikan respon apapun. Kau memasak air lagi karena takut air susu ini basi. Kau menggoyang-goyangkan badanku, tapi aku hanya diam membisu.

Berkali-kali kau memanggil "Kiyo" lalu kau sibuk dengan handphone mu. Ku lihat kau sepertinya sedang mencari tau apa yang sedang terjadi pada diriku. Kau terlihat merasa bersalah, Kak. Kemudian kau menelpon Kak Ifa.

Yaa.. Kak..

Kristal-kristal di matamu belum jatuh ketika kau memberitahukan kepada Kak Ifa kalau aku sudah bersama Kak Sandy.

Kau meletakkan tubuhku sebentar sambil mengharapkan datangnya keajaiban. Sampai akhirnya kau melihat 1 belatung keluar lagi dari telingaku, bersama darah. Kau menahan isak itu. Kau terdiam, Kak. Dan akhirnya kau menyadari bahwa aku tidak akan merasakan sakit itu lagi.

Kau terlihat ingin marah sekaligus menyesal. Sepertinya kau berpikir bahwa itu belatung yang sama dengan belatung yang kakak lihat ketika di motor kemarin siang.

Aku baru selasa minum susu yang ketiga

Bulir-bulir kristal dimatamu masih tertahan.

Kau bungkus aku dengan handuk yang menghangatkanku. Kau masukkan aku ke dalam kotak lagi lalu kau tutup. Kau masukkan kotaknya ke dalam kantong plastik.

Tidak ada tanah untuk menguburkanku, Kak.

Kau meletakkan kotak ku di tempat sampah.

Dengan lirih kau bilang "Maafin aku, Kiyo.. Mungkin aku tidak benar-benar memperhatikanmu. Apa aku belum setulus hati menjagamu? Jadi perasaan ini tidak bisa sampai kepadamu sehingga kamu tidak kuat untuk bertahan lagi?"

Kau meninggalkan aku, Kak. Bulir kristal itu mulai pecah dan jatuh ke pipimu. Kau bilang kepada Kak Ifa bahwa kau merasa kau lah yang membunuhku. Kak Ifa juga ikut sedih mengingat Kak Sandy yang juga tidak bisa bertahan.

Jam 07.40 pagi kita berpisah. Selasa, 8 November 2016, Kak.

***

Masih ku ingat apa yang dokter bilang kepada kita; "2 minggu lagi kalau dia bisa bertahan, bawa kesini lagi ya".

***

Kak, disini aku tidak merasa kesakitan lagi. Aku bisa melihat dan main kejar-kejaran dengan Kak Sandy. Aku sudah bisa minum susu sendiri. Aku paling suka memanjat.

Kak Tika sama Kak Ifa jangan sedih lagi yaa.. Tuhan tau inilah yang paling baik buat Kiyo dan Kak Sandy, Kak. Aaamiiin..


*Cerita ini di dedikasikan untuk mengenang Kiyo dan Sandy disana,
Semoga disana kalian tidak merasa sakit lagi ya, sayang..
Terima kasih sudah memberi warna disini walaupun cuma sebentar.
Aku sempat merangkai mimpi untuk masa depan kita. Berkhayal ketika kau sudah bisa berlari nanti, aku akan selalu memiliki berjuta rasa karena kau yang akan selalu menemani hari-hariku.
Tapi, sayang..
Yang terbaiklah yang seharusnya akan terjadi.
Baik-baik disana yaa, sayang..
Cuma doa yang sekarang bisa aku lakukan untuk kalian.

*Kalau sekedar kangen Kiyo sama Sandy, masih boleh kan? Hehe..

Jakarta, Rabu 8 November 2016
Khay,

2 comments:

  1. HIKSSS........
    GONE MISS SANDY N KIYO...
    THANKS TIKA N IFA ..

    ReplyDelete
  2. kiyo n sandy udah gak akan ngerasa sakit lagi..moga mereka berdua bahagia disana.. T^T

    ReplyDelete