"Kak.."
Aku langsung teriak memanggil seorang pria yang sempat melintas di depanku. Tidak salah lagi. Aku mengenali parasnya. Gayanya. Itu benar-benar dia atau hanya aku yang berharap itu dia. Kembang kempis aku bernafas. Mencoba mengatur nada suara yang normal dan biasa-biasa aja.
"Kak.."
Ku panggil dia sekali lagi. Yang dipanggil-pun hanya tersenyum lalu menghampiriku.
Yes. Aku membatin lagi. Ternyata dia benar Kak Adi.
Pokoknya harus dapat. Harus. Ku tekadkan niatku sekali lagi.
"Kakak ini kakaknya Mia, kan ?"
Yang ditanya cuma mengangguk seperti kebingungan. Lantas tersenyum ceria.
"Yaa.. aku kakaknya Mia. Kamu temennya Mia ya ? Kok aku lupa. Jarang ke rumah ya ?"
Aku cuma cengegesan. Mencoba mencari cara agar ga to the point tentang Mia.
"Hm.. iya, kak. Temen SD. Dulu kan aku ngaji di depan rumah kakak lo. Kakak juga kenal sama Kak Ing, kan ?"
"Kang Ing itu kakakku."
Aku mencoba membuat situasi cair. Ku harap aku bisa mendapatkan hati kakaknya Mia. Hehe. Sedikit basa-basi yang penting Yippi !!!
Terus.. aku mulai mengajaknya berbincang sedikit tentang kerjaanku. Kebetulan sekali bukan ? Ternyata ga sia-sia aku berdiri disini menjaga stand. Toh kerjaan Kak Adi juga hampir mendekati pekerjaanku walaupun ga deket-deket amat. Haha. Sejauh ini lancar. Lancar.
"Kak Adi, punya nomor handphone Mia ?"
Jleb. Aku sendiri kaget akhirnya berhasil mengucapkan pertanyaan itu. Terlanjur sudah.
"Oh.. Mia sekarang udah kerja di luar kota. Di Jogya. Dulunya kuliah di.. aduh maaf kakak lupa. Hehe."
Kak Adi semakin semangat menceritakan Mia. Aku berhasil, kawan. Aku bisa mendapatkan informasi tentang Mia lagi. Aku memang bodoh. Tapi apalah daya rasa maluku memang luar biasa. Walau rumah kami tak terbilang jauh, namun aku masih belum bisa mengontrol perasaanku.
Oiaa, sejauh ini aku belum mengenalkan siapa diriku, apa hubunganku dengan Mia, lantas kenapa aku harus bertanya tentang Mia ke Kak Adi ? Heii.. jangan sangka aku suka dengan Kak Adi, aku ini seorang pria yang menjaga cinta. Walau Mia ga pernah tau apa yang aku rasa, tapi biarlah aku menantinya selama ini. Haha. Lagi-lagi aku merasa seperti seorang pujangga cinta. Jadi lebih baik kau teruskan saja membaca ceritaku ini.
Kak Adi sudah berlalu sejak beberapa menit lalu. Aku menatap nomor yang masih tampil di handphoneku. Yaa, sudah aku simpan kok. Ini nomornya Mia. Tapi untuk meneleponnya ? Haruskah sekarang ? Haruskah nanti malam saja ? Tapi kerinduanku membuncah. Memaksaku untuk mendengar suaranya secepat mungkin. Aku sangat ingin tau sedang apa dia disana. Sudah adakah yang memilikinya ? Ku harap belum. Tuhan, ku mohon belum. Ijinkan dia jadi milikku. Dan aku mengamininnya di dalam hati.
"Tut.. tut.. tut.."
Lama sekali aku mendengar bunyi ini. Apa karena aku yang ga sabar sama sekali untuk mendengar suara manjanya ?
"Tut.. tut.. tut.."
"Klik.."
Aduh.. sudah dua kali aku telepon tapi kenapa ga ada jawaban ?
Sebaiknya aku sms saja. Ku pencet menu message. Ketik. Hapus. Ketik. Hapus. Salah tingkah sekali aku kali ini. Bukannya selama ini banyak wanita yang jatuh cinta padaku. Gampang saja aku mendapatkan pacar. Tapi kalau dengan Mia ? Apakah wajah cakepku saja belum cukup ? Ahaha.. lebih baik aku mengucapkan kata-kata ini dalam hati saja daripada Kak Ing mendengar lalu menimpukku dengan bantal lagi.
"Mia, apa kabar ?"
Delete. Ga bagus banget bahasaku.
"Mia, ini Aria.. apa kabar ? Kok teleponku ga diangkat-angkat ? Aku dapet nomor kamu dari Kak Adi."
Send. Biarlah. Aku sudah ga tau mau mengirim sms gimana. Terkirim sajalah, Habis perkara, tinggallah aku yang gunda gulana padahal sudah 3 jam berlalu tapi sms ga di bales-bales.
Saat aku hendak bersiap pulang. Tiba-tiba ada sms masuk.
"Babe.. jemput aku donk."
Haah.. tak sesuai harapan. Aku menarik nafas dan mengerjapkan mata. Sms dari Milana, pacarku.
Huts.. kamu yang baca ga usah banyak komentar. Biarpun aku punya pacar tapi apa salah kalau aku masih saja mengingat Mia, wanita pertama yang ku suka. Aku ga macem-macem. Aku hanya mencoba kesempatan untuk memeriksa apakah aku ini berjodoh dengan Miana Amelia?
Baru saja aku hendak membalas sms Milana, tiba-tiba ada sms baru lagi.
"Yaa.. Aria. Lama tak bersua. Hehe. Maaf tadi lagi ada kelas. Ini lagi istirahat. Tar malem aja yaa.. "D"
Hahaha. Hahaha. Senang sekali. Mia membalas sms ku. Tak apa lah, walau musti menunggu 3 jam. Benar-benar tak apa. Demi rasa senang yang tak terkira. Aku cukup membalas sms dengan kata-kata "Ok, Mia. Tar malem aku tunggu sms-nya ya. " Dan Go... aku meluncur menjemput Milana, pacarku.
Malam ini, sengaja benar aku mengosongkan waktu menanti sms Mia datang. Membayangkan Mia akan berkata, Mia kangen Aria. Ohh.. rasanya sayap ini tak kuasa berdiam diri, ingin menari-nari bersama bintang disana, lalu terbang dan tiba di depan jendela kamar Mia. Menatap semu merah di wajahnya lantas berkata Mia, Aria datang. Usah kau pedulikan rindumu lagi. Aria telah sedia memberikan jiwa dan raga hanya untuk Mia.
"Auw.."
Lagi asyik-asyiknya aku melamun, tanpa ijin seekor nyamuk hinggap di kakiku dan meninggalkan gatal yang mau tak mau merusak lamunanku tadi.
"Trrtt.. trrrt.."
Handphone bergetar.
Yeee.. Mia.. Mia sms aku.
"Aria, mari kita lanjutkan cerita tadi sore. Hehe."
Hm.. sedikit unik menurutku. Baru kali ini ada cewek yang nyantai banget ngomong sama aku. Sepertinya Mia juga sedikit berubah. Yang aku tau, Mia dulu tidak seakrab ini dengan orang lain. Atau jangan-jangan Mia.. OOh.. tidak, tidak. Janganlah membangun harapan yang belum jelas arahnya. Bagaimana mungkin aku tiba-tiba merasa kalau Mia suka aku ? Bagaimana juga tiba-tiba aku ingin memutuskan Milana malam ini juga hanya gara-gara sms dari Mia yang sebenarnya sangat standar ini ?
Aku terus bercerita panjang lebar. Tapi aku jadi ga berani meneleponnya langsung. Ga bisa. Aku belum siap. Haha. Aku udah kayak anak abege saja.
Entah dari mana muasalnya. Akhirnya aku mengatakannya..
"Mia masih suka baca buku ?"
"Kok Aria bisa tau si ?"
"Tau lah, kan dari SMP aku sering liat kamu di toko buku BookBook. Sampai SMA pun kamu masih suka kesana. Aku selalu memperhatikan kamu, Mia."
"Kok Aria ga pernah nyapa Mia, si ? Sombong."
Aku sedikit berjengit. Apa maksud Mia bilang aku sombong ? Sudah jelas-jelas aku selalu memperhatikannya. Aku berusaha mencari-cari dia walaupun aku tau percuma menunggu di toko buku itu lagi setelah masa SMA usai.
"Yaa.. Mia, aku pernah nyapa kamu. Tapi kamu cuek aja, jalannya nunduk aja. Ya udah, dari situ aku ga pernah nyapa lagi walaupun hampir tiap hari ketemu kamu."
"Haha.. jangan-jangan Aria suka Mia dari dulu ya ?"
"Mia, kamu itu cinta pertama aku. Aku sudah suka kamu sejak SD dulu. Aku selalu memperhatikan kamu dari jauh walau kamu ga pernah menyadarinya. Aku tau banget kamu gimana."
Eits.. TERKIRIM.
Ya Tuhan, apa tanggapan Mia ?
Apa boleh buat, kepalang basah..
"Bagaimana Mia ?"
Belum ada balasan. Dan..
"Hahaha.. nanti kalau Mia GR gimana ? Maaf Aria, Mia ga gampang di rayu. Haha."
Aku bersyukur namun juga pasrah. Bagaimana ini ? Apa karena lewat sms ? Haha.. yasudahlah, biarlah. Lebih bagus kalau Mia menganggap ini main-main.
Malam semakin larut. Mata semakin mengantuk. Ku sudahi sms malam ini dengan mengucapkan selamat malam kepada Mia. Ga apa walau cuma lewat sms. Yang penting sedikit perhatian bisa ku tunjukkan padanya. Biarlah.. biarlah malam-malam besok juga seperti ini.. Tak apa, asalkan aku masih bisa menghubungi Mia-ku lagi.
Selamat malam, Mia. Nice dream.
No comments:
Post a Comment