Hari yang melelahkan. Entah sejak kapan aku merasa amat sangat lelah. Bergerak sedikit kemudian terjatuh. Berbicara sedikit lalu membisu. Menatap dari jauh akhirnya tertunduh. Menutup mata sebentar lalu mimpi mulai menular. Emosi mulai menemani dalam bayang-bayang. Tak terelakkan tercipta dengusan kesal tatkala ada sesuatu yang berbeda dan dibantah. Seperti hujan kali ini, menutup bayangan bintang-bintang dan menyembunyikan keberadaan bulan.
Ini judulnya bukan cinta ditolak. Hanya tentang sesuatu yang seharusnya tak pernah aku ucapkan dan aku simpan rapi dalam hati. Telah ku buang ribuan bahasa yang selalu saja bisa aku sampaikan ketika kau di depanku. Tapi ini juga masa lalu. Suatu kenangan yang bisa saja ku anggap ga ada untuk sementara namun bisa datang ketika sepi itu mengusikku.
Ku lirik handphone ku sekali lagi. Berharap cemas kau akan mengingat ultahku kali ini. Dan ku akui segalanya hampir tak sama lagi dengan dulu. Ketika aku bebas menggandeng tanganmu kemana saja. Menangis dan memelukmu di saat hatiku sedang rapuh. Tertawa lepas dan bercanda seolah esok ga akan pernah ada. Ya.. Hari yang seharusnya tak ada bagiku, ketika aku semakin menyadari bibit kecil ini semakin tumbuh dan memekar seenaknya, hingga wanginya memenuhi hampir sepenuh hati yang ku miliki. Dan tepat di saat kuncup itu berkembang, saat aku memilah-milih untuk memetik dan membagi wanginya kepadamu, tepat di saat itu juga aku tertusuk duri yang aku tanam sendiri. Sekali lagi aku bilang, ini bukan kisah hati yang terluka. Hanya segenap perasaan yang tak pernah mau pergi dan tak pernah bisa tersampaikan kepadamu.
Pernah suatu ketika aku diberikan kesempatan untuk bisa menjelma menjadi seekor kupu-kupu. Namun aku tak bisa untuk terlihat dengan cantiknya di matamu. Hanya sekilas tatapan ngeri di matamu, ternyata aku masih seperti ulat bulu. Berusaha mencapai kepompongku agar sayap indah itu bertengger di bahuku lalu terbang melayang mengitari bumi bersamamu.
Kembali ku lirik handphoneku. Begitu banyak pesan yang menyampaikan selamat ultah untukku. Lalu dimana kamu ? Semua telah berbeda dan aku tahu itu. Mengingatmu. Hanya itu yang bisa ku lakukan ketika sepi menyerangku. Bahkan dimana kamu pun aku tak pernah tau.
"Selamat ulang tahun, Dena.."
Teriakan histeris Mimi dari depan rumah mengangetkanku. Ditambah lagi dengan kecupan yang dia lakukan dengan spontan di pipiku semakin membuatku tak bisa bereaksi kecuali membalasnya.
"Makasi, Mi.."
Aku tersenyum kecut menatap kue yang Mimi bawah dari dalam mobil. Di tambah lagi dengan hadirnya satu sosok manis yang kini berdiri di depanku.
"Selamat ulang tahun, Dena.."
Adi menatapku lekat sambil menjabat tanganku. Aku hanya bisa tersenyum datar. Sekali lagi, aku melirik layar handphoneku. Tetapi tetap tak ada tanda-tanda kamu mengingatku.
Udara sore sehabis gerimis menjadi teduh. Mobil Mimi melaju dengan kecepatan sedang menuju cafe tempat biasa kami ngumpul bertiga. Adi bersikap tak biasa sore ini. Sesekali aku menyadari bahwa dia mencuri pandang kepadaku. Seakan tahu aku sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, sungguh aku hanya ingin menyimpan perasaan ini sendiri saat ini. Tidak dengan menumpahkan sepi ini ketika mereka berusaha membuatku bahagia di hari jadiku dan tidak dengan mematahkan satu hati hanya karena aku sedang patah hati.
Musik riang mengisi ruangan ini. Aku tertawa. Berpura-pura sangat bahagia diantara Mimi dan Adi. Hal ini membuat aku merasa jauh lebih baik dari pada terus-terusan memandangi layar handphoneku. Obrolan kami mulai kemana-mana. Mungkin aku bisa mengakui mereka adalah sahabat terbaik yang aku punyai saat ini.
Semakin lama, kami semakin asyik dengan obrolan kami. Bercanda. Tertawa. Hanya itu yang kami lakukan sepanjang sore ini. Ataukah mungkin kini sayapku sebagai seekor kupu-kupu telah tampak di mata orang-orang ? Aku merasa tak peduli. Ku benamkan handphone ke dalam ransel ku. Ku matikan suaranya dan ku harap pikiranku tentang kamu menghilang sore ini. Tapi.. aku mulai merasa terlalu lama disini. Aku terusik untuk sekedar melihat jam berapa saat ini. Ku benamkan tanganku ke dalam ransel dan mencari letak handphoneku.
Ku lihat layar handphoneku berkedip-kedip. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tak pernah aku kenal. Aku berlalu dan menuju tempat yang lebih sepi. Tidak. Aku sungguh tak berharap kamu yang menghubungiku. Mungkin khayalanku yang terlalu tinggi atau perasaan tak mau kalah karena ini hari ultahku ?
"Happy birth day, Dena sayang.."
Deg.. pikiranku kosong. Imajinasi semakin memenuhi pikiranku. Aku hanya bisa terdiam dan berharap mendengar suara kamu sekali lagi.
"Bagas.."
Aku ga bisa melanjutkan kata-kataku. Sebuah tepukan dari belakang mengagetkanku.
##########~To be Continued
Jakarta, 22 January 2013
No comments:
Post a Comment