Ini kisah tentang saya, bukan tentang novel 5 menara dimana Alif mulai terusik dengan semua kisah Randai. Ini kisah tentang saya, bukan cerita novel 5 cm dimana persahabatan mereka terpisah untuk sementara waktu, demi membuktikan mereka mampu meraih cita-cita. Ini tetap cerita tentang saya, bukan tentang Tania di novel Daun yang tidak pernah membenci angin, dimana Tania mampu mendapatkan semuanya tapi mebuang hati jauh-jauh dan berubah sikap agar bisa melupakan sakit hatinya. Ini perjalanan hidup saya, bukan tentang seorang anak yang membenci ayahnya karena menganggap ayahnya menyakiti ibunya seperti cerita di novel Ayahku (bukan) pembohong. Ini kisah saya, bukan Eliana yang berani. Bukan juga seorang Kak Laisa dalam Bidadari Surga, ataupun Rossie yang begitu dicintai Tegar dan pada akhirnya mendapatkan cintanya setelah menempuh ketegangan jiwa yang membuatnya hampir melukai orang-orang yang disayanginya. Ini juga bukan pertualangan seperti Red Pyramid yang menegangkan dan penuh fantasi yang membutakan mata dan menciptakan surga dalam jiwa. Sekali lagi, ini tentang saya, tentang Tikaa yang berusaha memetik makna dalam rentetan hidup yang berjalan dan menghiasai usia yang entah kapan bisa lepas dari raga. Ini Tikaa, seseorang yang memiliki banyak karunia dalam hidupnya, dalam doa Ibunya dan diiringi dengan berjuta rejeki yang tak pernah disadarinya.
"Tuhan, aku pusing."
"Tuhan, aku lagi stress."
Aku yang menempati hatinya seringkali mendengarnya berkeluh kesah, mencari alasan untuk membenci semua karunia Tuhan.
Tapi setidaknya aku sedikit berhasil menggelitik hatinya, menyentuhnya dengan membuka matanya yang tertutup gelapnya dunia. Gelap seperti awan hitam yang bergelantungan di langit kala hujan akan datang dan petir menyambar-nyambar. Tidak indah bukan?
Bahkan hujan seperti apapun merupakan karunia dari langit, memberi kehidupan untuk semua yang ada di bumi, menumpahkan kelamnya hati dengan tetes demi tetes jernihnya air hujan. Polusi mungkin sudah mengotori langit Jakarta, tapi tetap saja hujan gelapnya awan dengan pelangi dan cahaya mentari pagi. Indah. Bagiku pelangi selalu indah dan memberi warna yang cerah.
Secuil kata-kata menusukku dengan tajam, seperti mata pisau yang ga sengaja menyentuh jariku.
"Kau tau kan ?? Bahkan perbedaan waktu juara 1 dengan 2 atlet perenang, pelari atau atlet apapun juga cuma 0,01 detik ??"
"Yang kita butuhkan cuma usaha yang tidak biasa, yang lebih tekun agar bisa melebihi usaha orang lain."
Jleb.. seketika itu mataku terbuka. Seketika itu..
"Belajarlah sampai liang lahatmu."
Jleb.. apa-apaan aku ini, bilang beberapa mata pelajaran malah ga penting karena ga aku pakai dalam kerja ?
"Belajarlah sampai ke negeri Cina."
Jleb.. bagaimana bisa aku sampai ke negeri Cina ? Kalau bekal ilmu ku untuk disini saja masih sangat tidak memadai.
"Setiap dari kita pasti mempunyai kelebihan."
Jleb.. aku selalu merasa kurang, tapi kurang disini malah seakan merendahkan diriku sendiri. Bagaimana pula aku mampu mewujudkan apa itu mimpiku, kalau aku sendiri saja ga percaya dengan kemampuanku ?
Apa lagi ? mengeluh cuma mengusir sedikit demi sedikit peruntunganku, yaa rejekiku.
Bukankah aku selalu percaya kalau rejeki itu pasti kembali ke tanganku, mau aku berusaha dengan cara halal atau ga, pasti akan aku dapatkan. Yang membedakannya hanyalah tingkat hasilnya. Kalau aku berusaha dengan cara halal, aku akan mendapat bonus pahala dan rejekiku bertahan lama, tetapi kalau aku berusaha dengan cara ga halal, aku malah menambah dosa ?
Haloo.. mana ada mimpi yang nyata kalau kamu ga bangun-bangun dan berusaha mewujudkannya ??
Tentunya, walau masih dalam bayang-bayang, aku mempunyai satu mimpi kan ? Mimpi tertunda. Entah bagaimana caranya, Aku sungguh ingin seperti Rick Riordan atau Tere Liye.
Tahun ini mulai memasuki usia ku yang ke-24 tahun. Tapi, mana perubahanku ? Saat ku buka kembali catatan lamaku, target-target yang ku ukir dengan tinta tetap menyala terang dan melambai-lambai memanggilku.
HM.. aku menarik nafas pelan. Kalau aku bandingkan dengan mereka yang harus mencari nafkah sepanjang hari dengan berjalan kaki dan terbakar terik matahari, berteduh dari hujan di pelesiran toko tanpa mampu membeli payung. Berjalan tanpa alas kaki dengan senyum tersungging ringan. Tuhan, maafkan aku. Bahkan pemulung yang kutemui kemarin pun mampu tersenyum dengan meminggul beban yang pasti berat bukan main jika dibandingkan dengan diriku.
1 yang ku tahu, sahabatku si A, mampu menggapai mimpi yang ia mimpikan sejak 1 tahun lalu. Itu yang aku tahu, 1 tahun lalu.. Entah rahasia itu ia simpan dari kapan. 1 sahabatku lagi mampu bekerja di perusahaan bonafit, 1 lagi dapat kerja dengan gaji melimpah. Oooh Tuhan, aku akui rasa iri itu kadang menusuk-nusuk ku walau aku coba usir dengan berbagai alasan.
Yang ku yakini, Tuhan.. kebahagian itu tumbuh dari lahirnya rasa ikhlas yang benar-benar ikhlas. Sungguh rasa ikhlas itu amat mahal harganya. Sungguh ikhlas itu benar-benar bisa membawaku mengarungi dunia yang bersih.
Tidak, ini bukan soal kekecewaan. Hanya sebuah cerita yang ingin dihantarkan agar tak terlepas dari alur tujuan akhir apa yang aku inginkan.
Benar, sekarang sudah jam 3 lebih 11 menit. Aku harus tidur sekarang karena cita-cita kecilku harus bisa bangun pagi dan melaksanakan semua perintahmu dulu, Tuhan.
Mendekatkan diri kepadamu karena aku tak mau kemewahan dunia selalu menusukku. Biarlah.. Biarlah aku hempaskan semua penatku kepadamu atau menggores tinta di kertas dalam anganku. Biarlah..
Tidak, 2 menit berlalu lagi. Aku harus mampu memejamkan mata dengan tenang. Membiarkan semua yang menusukku menghilang.
Tuhan, terima kasih..
Awan pekat yang menggantung di langit sudah tak terlihat lagi sekarang. Entah karena malam yang menyembunyikannya atau mataku yang sudah buram ?
Tentu saja aku memakai kacamata, tapi kacamataku tak bisa digunakan untuk melihat hal seperti itu.
Kulihat 3 tumpukan buku di meja kecilku. Buku yang baru ku dapatkan hari ini, yang memberiku banyak janji akan adanya pelajaran yang bisa membersihkan diri dan meningkatkan kualitas hati.
Terima kasih. Terima kasih.
Sebentar lagi setengah empat tiba. Mau tak mau aku harus tidur sebentar dulu. Biarkan avril lavigne melantunkan lagunya dan mengiringiku dalam ketenangan subuh ini.
Pretty please
I know it's a drag
wipe your eyes and put up your head
I wish you could be happy instead
There's nothing else I can do
But love you the best that I can
yeah yeah yeah yeah
(Darlin' - Avril Lavigne, yang selalu membuatku merasa menjadi tokoh utama dalam lagu ini :D)
No comments:
Post a Comment