"Mbak, uang kuliah aku harus di bayar akhir bulan ini."
"Mbak, handphone aku rusak."
"Mbak, aku butuh printer ama internet."
"Ta, uang buat belanja udah ga ada."
"Ta, temen aku punya gadget baru."
Klik.
Akhirnya telepon selesai sudah.
Namaku Reta. Aku baru saja lulus SMA 1 tahun yang lalu. Sekarang aku kerja di Bogor. Awalnya aku hanya bermaksud untuk mengunjungi temanku yang kuliah di kota hujan ini. Tapi ga aku sangka, aku bisa juga mendapatkan pekerjaan disini.
Ayahku adalah seorang pengusaha kaya yang bangkrut. Dan kini, kami semua hanya bisa mengenangnya. Aku kini merantau demi menggantikan posisi Ayahku.
Adikku Meta, masih kuliah. Aku berharap suatu saat nanti ia bisa berdiri sendiri. Kakakku Deka, lebih tua 10 tahun dariku. Seharusnya di usia segitu dia sudah mapan dan mempunyai keluarga sendiri. Tapi, mungkin karena kebiasaan di manja oleh Ayah, dia tidak mau berusaha mencari pekerjaan.
Sungguh.. kalau aku ingat gimana latar belakang keluarga ku dulu, hatiku terasa teriris. Aku seakan tak bisa melakukan apa-apa untuk mengingatkan keluargaku. Keluargaku juga seakan ga mau ngerti keadaan sekarang. Aku ngerasa selalu dituntut ini itu. Selalu disindir untuk bisa memenuhi manjanya kebutuhan duniawi mereka.
Aku iri.. Tuhan..
Melihat dia dia dan dia bisa hidup bahagia sejak dia mebgenal dunia.
Aku bosan.. Tuhan..
Kenapa hanya aku yang merasa kayak gini?
Ibuku sangat aku cintai.
Apapun yang bisa buat dia tersenyum, akan aku lakukan.
Tapi.. saat ini..
Saat ini aku ga bisa memenuhin permintaannya.
Aku kecewa dengan diriku.
Tapi aku juga kecewa dengan semuanya.
Kenapa aku seakan ga diterima di keluarga kalau aku ga punya duit ?
Kakakku..
Kenapa ga bisa bersikap selayaknya kakak bagiku ?
Kenapa hanya bisa minta dan minta uang saja ?
Ga pernahkah ia tau, aku rindukan sosoknya.
Ku telusuri jalan setapak ini sendirian.
Tiada penopang ataupun arahan kemana aku harus berpijak.
Semua seakan menolak diriku yang tanpa uang.
"Brum.. Brum.."
Sebuah sepeda motor melintas di depan mataku. Sudah sejak lama aku menginginkan itu. Tapi kali ini, keinginan itu beda. Aku udah ngerasa ga ada yang peduli dengan diriku. Semua hanya peduli dengan uangku.
Aku ga kaya.
Aku ga punya tahtah.
Tapi mereka memaksaku untuk mengejar itu semua walau hatiku ga bisa.
Aku ingin hilang ingatan untuk sementara.
Aku ingin lakukan apapun yang aku suka hari ini saja.
Bagiku esok sudah tiada.
Bagiku hujan kali ini adalah airmata terakhir yang pernah ada.
Ku sebrangin jalanan yang mulai sepi itu.
Ku langkahkan kaki ini.
Berharap akan ada kendaraan yang ga menyadari kalau aku menunggu mereka menghempaskan tubuh ini.
"TraaaKkkk... "
Aku terhempas ke aspal.
Hampir saja tubuhku hancur terlindas truk yang sudah didepan mataku.
Ini bukan pilihanku untuk mengakhiri hidupku.
Aku hanya ingin lakukan apa yang aku suka hari ini.
"Aku takut.."
Teriakanku masih bisa terdengar di telingaku.
Sesaat terbayang wajah keluargaku yang tersenyum.
Mereka tersenyum karena aku ga akan ada lagi.
Tidak.. mereka tersenyum karena aku masih ada.
"Ta.. Ta.."
"Kamu udah bangun, sayang ?"
"Auw.. sakit.."
Aku belum bisa banyak bergerak.
"Bu.. kenapa Ibu sama kakak ada disni ?"
"Reta kenapa bisa di perban dan ini di.."
Kalimat ku terpotong dengan pelukan erat dan tangisan Ibu.
"Kamu sudah 3 hari koma."
"Syukurlah..sekarang kamu udah sadar."
Ibu masih saja menangis dan menangis.
Ku lihat disana, ia berdiri dengan senyuman.
"Marko.." Panggilku.
"Yaa.. Reta..Kamu ditabrak mobil lalu saat terhempas dan hampir dilindas truk, aku langsung menarikmu."
"Aku bahkan ga nyangka itu kamu."
Subhanallah. Hatiku tersentuh ya ALLAH.
Tadinya aku berpikir ga ada yang sayang padaku.
Tadinya aku berpikir mereka semua hanya butuh uangku.
Tapi sekarang... Tuhan.. makasi telah tunjukkan kebenaran padaku.
Ku rengkuh ibu dan meminta maaf nya.
Aku berjanji yaa Tuhan.Ga akan lagi mikir yang ga ga.
Aku sayang mereka, Tuhan.
Terima Kasih atas kesempatan yang diberikan agar aku bisa membalas cinta mereka.
To : My Family n' my Beloved Prince
Tued, 23 June 2010. 04:49 AM
No comments:
Post a Comment