Hari ini panas sekali. Walaupun aku berada di kost-an, walaupun kipas angin ini menyala, walaupun aku terlindungi dari terik matahari langsung, dan walaupun aku bersembunyi di balik atap, aku masih merasa gerah bukan main. Air minum yang tinggal seperempat botol pun ku teguk habis. Aaaah.. kini cacing di perut pun mulai membujukku untuk mencari makan.
Basah. Aku mulai merasakan peluh yang membanjiri pakaianku. Rasa laparku mengalahkan rasa malas yang mengganggu.
Akhirnya aku tiba di warteg dekat kost-an. Aku ogah-ogahan makan disana. Rasa ga asyik kembali menyelimutiku. Sampai ketika..
Seorang bapak berjalan mendekati warteg ini. Seorang bapak yang memanggul entah apa itu, seperti besi-besi kecil yang dipanaskan. Dibawa-bawa dengan tempat kecil seperti yang sering di bawa-bawa oleh tukang sol sepatu. Aku ga ngerti itu apa. Tapi aku ngerti banget bagaimana susahnya hidup dia. Dia berjalan seharian dengan memanggul itu. Berhenti makan di warteg yang aku rasa bisa saja seharga pendapatan dia dari pagi sampai siang ini. Aku hanya bisa terpaku. Memandangnya dengan perasaan tertusuk. Aku yang biasa makan di mall dengan alasan bersih. Aku yang biasa makan dengan harga yang aku mau dengan alasan yang penting puas. Aku yang mengeluh-eluhkan gajiku yang aku rasa ga pernah cukup. Aku yang bergaya mengikuti hobiku menghambur-hamburkan uang demi nonton dan bersenang-senang. Aku yang mana yang merasakan ini ? Semua seakan hitam putih.
Aku berjalan meninggalkan sosok bapak itu disana. Dalam lamunan yang tak kunjung buyar, gerimis pun seakan menangisi aku yang terlalu banyak mengeluh. Dan disana..
Tuhan menunjukkan kembali keajaibannya. Tuhan menunjukkan seseorang yang berjalan tanpa alas kaki, di tengah hujan. Terus berjalan membawa gerobak kecilnya. Astagfirullah Ya ALLAH.. Nikmat mana lagi yang aku dustakan ??? Dia yang begitu tangguh. Melewati harinya agar keluarganya bertahan. Lalu aku ?? Aku hanya mengeluh lagi. Meninggalkan kewajibanku untuk bersyukur walau hanya dengan beberapa menit saja ? Dimana hatiku, Tuhan ??
Dimana rasa syukur yang harusnya tak henti aku ucapkan ?
Dimana keikhlasan dalam menerima semua kasihmu ??
Aku kerja di ruangan ber-AC. Minum panas dingin ada. Makan siang dapat. Kamar mandi tersedia. Musik pengusir bosan juga ada. Aku duduk. Ga kepanasan atau keringetan. Aku ke kantor ga jalan kaki. Ada metro mini dan kadang bisa juga minta anterin. Kalo kesepian, aku bisa nyalain YM, chatting sama temen-temen. Buka macem-macem yang bisa bikin refresh.
Aku emang sering pulang malem. Tapi itu di itung lembur. Otomatis dapat uang lebih. Aku sering kesiangan juga. Tapi aku masih bisa beristirahat.
Kalau aku lagi ga ada uang, aku bisa nunggu sampai waktunya gajian. Aku juga ga jadi tulang punggung keluarga. Aku bisa bebas menggunakannya. Bahkan aku bisa kuliah dengan uang sendiri. Bisa beli hape canggih atau gadget yang aku mau. Tapi.. kenapa aku ga pernah bisa bersyukur ? Kenapa aku masih ngerasa ga adil setelah melihat mereka yang masih kekurangan jika dibandingin sama aku ???
Maapkan Yaa Rob..
Mata ini sering lupa melihat kebawa..
Mulut ini sering mengunyah penuh nikmat-Mu, sampai lupa untuk menyebut nama-Mu
Kaki ini masih sering lupa jalan menuju rumah-Mu
Tangan ini terlalu payah dan sering lupa meminta kesucian hati
Maapkan Yaa Rob..
^Tikaa_ Selasa 26 Juli 2011 1:32AM
No comments:
Post a Comment